Sebanyak 12 anak di bawah usia dua tahun tinggal di balik jeruji Lapas Perempuan Malang, Jawa Timur, bersama ibu mereka yang menjadi narapidana. Namun, penjara jelas bukan tempat yang ideal untuk membesarkan anak.
Bocah laki-laki itu berdiri di samping pintu berjeruji, berusaha untuk keluar. Di belakangnya tampak petugas perempuan sigap membimbing. Sementara di belakang mereka, seorang perempuan sedang menggendong bayi, tampak melongok dari balik pintu, ingin tahu dengan apa yang terjadi di dunia luar.
Pada saat-saat tertentu, pintu berterali besi ini dibuka agar anak-anak yang tinggal di balik jeruji, bisa menikmati udara segar dan bermain layaknya anak-anak kebanyakan.
Vino, bocah laki-laki berusia 17 bulan itu, sejak lahir tinggal di dalam Lapas Wanita Kelas IIA Sukun di Malang, Jawa Timur, bersama ibunya yang menjadi narapidana karena terjerat kasus narkoba.
Dia dan 11 anak lainnya di bawah usia dua tahun terpaksa tinggal dengan ibu mereka di penjara. Oleh negara, mereka disebut sebagai 'anak bawaan'.
Ibu Vino, Yusmaniar Amelia Siregar, yang sudah menjalani 20 bulan masa tahanannya di penjara, mengaku terpaksa mengasuh Vino di balik jeruji.
Namun, menurutnya, pilihan membesarkan anak di penjara jauh lebih baik ketimbang menitipkan anak kepada keluarga.
"Memang kasihan kalau anak tinggal di sini. Tapi dengan kebutuhan khusus anak, seperti ASI, [diasuh] di sini, biar ada temannya buat mainan, ada yang jagain," ujar Yusmaniar kepada BBC News Indonesia.
Sehari-harinya, perempuan berusia 21 tahun yang akrab disapa Yusma itu tinggal bersama Vino dan ibu-ibu lain yang juga terpaksa harus mengasuh anak mereka di dalam penjara.
Ruang ibu dan anak yang terletak di blok satu hanya memiliki daya tampung maksimal 10 ibu dan anak.
https://ift.tt/2XIWhN5
July 04, 2019 at 08:29AM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah narapidana perempuan membesarkan anak di dalam penjara: 'Sudah sengsara di dalam perut, masa di luar disia-siakan?'"
Post a Comment