Search

Harga Emas Tak Berani Naik Banyak, Ternyata Ini Penyebabnya - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas dunia kembali menguat pada perdagangan Kamis (5/4/2020) setelah terkoreksi di hari sebelumnya. Pemangkasan suku bunga oleh bank sentral Amerika Serikat/AS atau Federal Reserve/The Fed masih menjadi salah satu faktor yang membawa harga emas menguat, sementara itu bursa saham yang menghijau untuk saat ini masih membatasi kenaikan harga logam mulia ini.

Pada pukul 15:25 WIB, emas diperdagangkan di level US$ 1.639,89/troy ons, menguat 0,27% di pasar spot, melansir data Refinitiv.

Seperti diketahui sebelumnya, Selasa malam (Selasa pagi waktu AS), The Fed secara tiba-tiba mengumumkan memangkas suku bunga acuannya atau Federal Funds Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 1-1,25%. Pemangkasan yang agresif tersebut merupakan yang pertama sejak Desember 2008 atau saat krisis finansial terjadi. Kala itu The Fed memangkas suku bunga sebesar 75 bps.

Bank sentral paling powerful di dunia ini seharusnya mengadakan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 17-18 Maret waktu AS, tetapi penyebaran wabah corona virus menjadi alasan The Fed memangkas suku bunga lebih awal dari jadwal RDG.

Dalam konferensi pers setelah pengumuman tersebut, pimpinan The Fed Jerome Powell mengatakan keputusan pemangkasan suku bunga diambil setelah para anggota dewan The Fed melihat wabah virus corona mempengaruhi outlook perekonomian.

"Besarnya efek virus corona terhadap perekonomian AS masih sangat tidak menentu dan berubah-ubah. Melihat latar belakang tersebut, anggota dewan menilai risiko terhadap outlook perekonomian telah berubah secara material. Merespon hal tersebut, kami telah melonggarkan kebijakan moneter untuk memberikan lebih banyak support ke perekonomian" kata Powell sebagaimana dilansir CNBC International.

Setelah pemangkasan suku bunga tersebut, emas langsung melesat naik lebih dari 3% mengakhiri perdagangan Selasa di level US$ 1.639,48/troy ons.
Emas merupakan aset tanpa imbal hasil, suku bunga rendah di AS membuat opportunity cost atau atau biaya yang ditanggung karena memilih investasi emas, dibandingkan investasi lainnya, misalnya obligasi AS, sehingga ketika suku bunga di AS turun, harga emas cenderung menguat.

Tetapi Rabu kemarin, emas berbalik melemah 0,25%. Data ekonomi AS yang cukup bagus, serta Wall Street yang melesat naik membuat emas terkoreksi.

Automatic Data Processing Inc. melaporkan sepanjang bulan Februari sektor swasta AS menyerap tenaga kerja sebanyak 183.000 orang, meski menurun dari bulan sebelumnya 209.000 orang tetapi masih lebih banyak dari prediksi pasar 170.000 orang.

Sementara itu sektor non-manufaktur AS menambah laju ekspansinya. Purchasing managers' indeks (PMI) sektor non-manufaktur AS dilaporkan sebesar 57,3 di bulan Februari, naik dari bulan sebelumnya 55,5 sekaligus mematahkan prediksi penurunan menjadi 54,9.

Rilis data tersebut menguatkan pernyataan pimpinan The Fed, Jerome Powell, yang mengatakan ekonomi AS masih cukup kuat saat memangkas suku bunga Selasa lalu. Pemangkasan tersebut ditujukan akan dapat melindungi perekonomian dari risiko pelambatan.

Sementara itu dari Wall Street, indeks Dow Jones dan S&P 500 melesat lebih dari 4%, sementara Nasdaq menguat 3,85%.

Penguatan tajam Wall Street terjadi setelah Joe Biden, mantan Wakil Presiden AS, unggul dari Bernei Sanders dalam bursa pencalonan presiden Partai Demokrat. Sanders merupakan sosok yang kurang populer di mata pelaku pasar akibat beberapa rencana kebijakannya yang dinilai dapat merugikan.

"Investor takut dengan Bernie karena dia ingin memangkas kepala kapitalisme dengan menaikkan pajak terhadap kaum kaya secara signifikan dan menggunakan dananya untuk menyediakan segala hal gratis kepada semua orang," tutur Ed Yardeni, Presiden Yardeni Research, dalam laporan risetnya sebagaimana dikutip CNBC International.

Sebagai kiblat bursa saham, penguatan Wall Street tentunya mengirim hawa positif, bursa utama Asia dan Eropa menguat pada hari ini yang menahan laju penguatan emas.

Selain itu, pelaku pasar juga menanti kebijakan The Fed selanjutnya, mengingat akan ada pengumuman kebijakan moneter 2 pekan lagi.

CNBC International mewartakan, para pelaku pasar kini memperkirakan akan memangkas suku bunga lagi dua saat mengumumkan kebijakan moneter pada 18 Maret (19 Maret waktu Indonesia), dan pelonggaran moneter lebih lanjut, bisa berupa program pembelian aset (quantitative easing/QE) di bulan April.

Jika hal tersebut benar terjadi, kebijakan The Fed tersebut akan serupa dengan tahun 2008 ketika terjadi krisis finansial. Kala itu, suku bunga rendah di AS serta program QE yang dilakukan The Fed membuat harga emas terus melesat naik hingga mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons pada September 2011. Hal tersebut bisa menjadi sinyal emas akan melesat lagi di tahun ini.

[Gambas:Video CNBC]

Let's block ads! (Why?)



"banyak" - Google Berita
March 05, 2020 at 04:10PM
https://ift.tt/32VWKMm

Harga Emas Tak Berani Naik Banyak, Ternyata Ini Penyebabnya - CNBC Indonesia
"banyak" - Google Berita
https://ift.tt/2ZTcKNv
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Harga Emas Tak Berani Naik Banyak, Ternyata Ini Penyebabnya - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.