KEPANIKAN masyarakat dalam menyikapi pandemi Corona Virus Disease (Covid-19) yang telah menjangkiti 159 negara di dunia, termasuk Indonesia, di antaranya karena banyak berita dan informasi yang diterima masyarakat tanpa difilter. Di sisi lain, masyarakat juga cenderung mudah percaya terhadap informasi bohong yang disebarkan melalui media sosial (medsos), sehingga hal itu semakin menambah kepanikan.
Pakar komunikasi, Kepala Prodi Magister Ilmu Komunikasi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Dr. Andre Rahmanto mengungkapkan hal itu kepada wartawan, Senin (23/3/2020). Dia menanggapi perkembangan masalah kepanikan di sebagian masyarakat sejak mewabahnya Covid 19.
"Dalam situasi normal saja, banyak warga yang mudah percaya informasi bohong. Apalagi di saat situasi krisis. Secara psikologis, masyarakat cenderung panik dan insecure. Sehat atau tidaknya (informasi di media sosial), tergantung kita para pengguna," katanya.
Dosen Fisip UNS itu menyatakan, jumlah informasi di media sosial memang tidak mungkin dibatasi. Sehingga, masing-masing individu yang dituntut membatasi akses informasi sejauh yang dibutuhkan. "Jangan terlalu larut dengan segala macam informasi tentang Covid-19," tandasnya.
Penyebaran Covid-19 yang sangat cepat yang saat ini dikabarkan telah menginfeksi 244.525 orang di seluruh dunia, sambungnya, memang berakibat banyak orang panik. Kepanikan tidak hanya disebabkan mudahnya penularan Covid-19, namun juga disebabkan ramainya pemberitaan di berbagai media dan respon warganet terhadap Covid-19 yang begitu cepat mencari dan membagikan informasi secara aktif di media sosial (medsos).
"Fenomena Covid-19 memang membuat semua media berlomba memberitakannya. Mereka berpikir pasti informasi ini akan dicari masyarakat. Di sisi lain, masyarakat seolah tidak puas mencari tahu dan membicarakan informasi ini, karena berdampak langsung terhadap semua orang. Kepanikan terjadi, jika informasinya berbeda-beda dan tidak sinkron sehingga tidak ada pegangan pasti," paparnya.
Pakar komunikasi itu mengingatkan, masyarakat agar membaca berita seputar Covid-19 secukupnya dan sewajarnya, sambil memperhatikan sumber informasi yang kredibel. Sedangkan di kalangan media, dia minta punya rasa sensitif dalam memberitakan pasien positif Covid-19 jangan sampai melanggar hak-hak individu, seperti privasi pasien.
"Sebagian media masih ada yang kurang sensitif soal privasi. Mungkin maksudnya untuk memperjelas ke publik, tapi justru melanggar hak individu," kritiknya.
Sambil menambahkan, media agar turut mendukung pencegahan penyebaran Covid-19, dengan menginformasikan peta persebaran infeksi Covid-19. Dengan begitu masyarakat bisa waspada dan menjauhi lokasi yang terdampak.
Editor: Lucky M. Lukman
"banyak" - Google Berita
March 23, 2020 at 06:39PM
https://ift.tt/2vLPRkw
Pakar Komunikasi: Masyarakat Panik, Banyak Berita Covid-19 Tak Difilter - galamedianews.com
"banyak" - Google Berita
https://ift.tt/2ZTcKNv
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pakar Komunikasi: Masyarakat Panik, Banyak Berita Covid-19 Tak Difilter - galamedianews.com"
Post a Comment