TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPR Bambang Soesatyo menyebut berita bohong atau hoaks dan ujaran kebencian adalah teror bagi demokrasi Indonesia.
Oleh karenanya, ia meminta setiap pihak mengantisipasi dan memberantas dua hal tersebut.
Apalagi, jelang pelaksanaan Pemilu, dikhawatirkan akan membuat penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian di berbagai platform media sosial semakin massif dan agresif.
"Berita bohong dan ujaran kebencian adalah teror bagi demokrasi. Tidak hanya di Indonesia, berbagai negara juga sedang menghadapi hal serupa," ujar Bamsoet, saat menjadi Keynote Speaker dalam seminar nasional 'Melawan Hoax untuk Menciptakan Suasana Pemilu 2019 yang Aman, Damai dan Sejuk di Media Sosial', di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Kamis (28/3/2019).
Baca: Wisatawan Yang jatuh dan Hilang di Pantai Patuk Gebang Ditemukan Selamat
"Agar bisa keluar dari serangan berita bohong dan ujaran kebencian, bangsa Indonesia harus meningkatkan literasi digital. Jangan mudah mempercayai sebuah informasi yang diterima, apalagi yang dibumbui dengan kata-kata bombastis yang disajikan tanpa fakta dan data," imbuhnya.
Berdasarkan data Asosiasi Penyelenggara Jaringan Internet Indonesia (APJII), pada 2017 penggunaan internet di Indonesia sudah mencapai 50 persen dari jumlah penduduk di Indonesia, atau tepatnya berjumlah 143,26 juta jiwa.
Tidak heran, kata dia, jika hasil Survei Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) tahun 2017 menyebutkan bahwa 92,40 persen saluran penyebaran berita bohong dilakukan menggunakan media sosial, dengan 91,8 persennya adalah jenis hoaks yang berhubungan dengan sosial politik.
Baca: Hasil Survei CSIS Jelang Pilpres 2019: Jokowi-Maruf 51,4%, Prabowo-Sandi 33,3%
"Besarnya penetrasi internet terhadap rakyat Indonesia, ternyata malah disalahgunakan oleh orang-orang yang ingin meraih kekuasaan dengan cara-cara yang merusak. Menyebarkan hoaks sama saja dengan menyulut api kebencian dan membuka jurang perpecahan bangsa. Tindakan seperti ini harus kita lawan bersama," kata dia.
Bamsoet menerangkan jika penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian sering kali digunakan sebagai black campaign untuk menyerang kandidat peserta Pemilu. Dari 10 hoaks yang beredar, 7 diantaranya terkait dengan Pemilu 2019.
"Kita masih ingat bagaimana hebohnya hoaks 7 kontainer surat suara yang sudah tercoblos, pendatang Cina diberi arahan KPU untuk mencoblos di TPS, jika menang Jokowi akan ganti KH Ma'ruf Amin dengan Ahok, larangan adzan dan pemakaian jilbab, serta berbagai kehebohan hoaks lainnya. Informasi sesat seperti ini hanya bisa dibuat oleh orang-orang yang tidak punya nurani," jelas legilastor dari Fraksi Golkar itu.
Lebih lanjut, Bamsoet meminta semua komponen bangsa harus mampu mengambil peran untuk memberantas berita bohong dan ujaran kebencian.
Jika dibiarkan, lanjutnya, dikhawatirkan berita bohong dan ujaran kebencian akan menjadi wabah yang merusak persatuan dan kesatuan bangsa, serta menghambat jalannya proses pembangunan.
"Selain harus aktif sebagai pemilih, kita juga harus dapat menjadi bagian dalam komunitas politik yang terbuka, obyektif, informatif dan edukatif. Terutama bagi kaum muda yang kaya akan kreativitas. Peran seluruh anak bangsa dalam menciptakan pelaksanaan Pemilu 2019 yang lancar dan damai sangat besar. Gunakan kreatifitas yang dimiliki untuk memberantas berita bohong dan ujaran kebencian," pungkasnya.
https://ift.tt/2U6qWDn
March 28, 2019 at 02:11PM
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bamsoet: Hoaks dan Ujaran Kebencian Jadi Teror Demokrasi Indonesia"
Post a Comment