Search

Banyak Yang Percaya Meski Kebenaran Masih Simpang Siur - Jawa Pos

PEMBURU KALONG: Mahfud Palgunadi, warga Dusun Krajan Barat, Kecamatan Ambulu menjelaskan tentang perburuan kalong bersama teman-temannya, beberapa waktu lalu.

JEMBER, RADARJEMBER.ID – Berburu merupakan salah satu olahraga yang digemari beberapa orang di Kabupaten Jember. Selain untuk perlombaan, senapan angin biasanya digunakan untuk membasmi hama sawah seperti tikus.

Namun, ada juga yang menggunakan aktivitas tersebut menjadi lahan menolong orang lain. Misalnya, berburu kalong sebagai obat untuk penderita sesak napas. Selain banyak yang tak memiliki senapan angin, banyak yang tak bisa menggunakan peralatan berburu itu.

“Biasanya, para pemburu berkelompok saat berburu kalong,” tutur Mahfud Palgunadi. Warga Dusun Krajan Barat tersebut mengaku kewalahan jika berburu sendirian. Sebab, dia berburu pada malam hari. Beberapa orang bertugas untuk membidik mangsa, sisanya bertugas menjatuhkan kalong yang berada di ranting pohon setelah terbunuh dengan beberapa tembakan. Mereka biasanya menggunakan galah berukuran panjang.

“Waktu saya masih aktif berburu beberapa tahun lalu, banyak yang minta daging kalong. Untuk obat sesak napas,” ungkapnya. Dia mengaku bahwa banyak orang yang percaya dengan hal itu. Meski demikian, kebenarannya masih simpang siur. “Ada yang bilang dimakan ginjalnya. Ada yang bilang empedunya,” imbuhnya.

Mahfud menuturkan bahwa dampaknya pun bermacam-macam. “Ada yang makan sekali langsung sembuh,” ujarnya  Ada juga yang kerap mengonsumsi daging kalong, tapi tak ada perubahan. Dia menambahkan bahwa tingkat kekebalan tubuh dan kepercayaan menjadi alasan. “Semakin besar keyakinannya, juga semakin cepat kesembuhannya,” sambungnya.

“Mungkin juga, kesembuhannya bukan dari daging kalong, tapi malah dari keyakinan itu sendiri,” ucapnya sembari tertawa.

Dia menegaskan bahwa tak ada keterangan lain yang muncul pada setiap orang yang memesan daging kalong. “Kebutuhannya ya untuk menyembuhkan penyakjit sesak napas saja,” katanya.

Pria yang akrab disapa Mahfud itu mengaku memiliki beberapa kesulitan dalam berburu kalong. Sarang kalong berada di kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Jadi, pihaknya tak mungkin bisa berburu pada siang hari lantaran adanya larangan berburu di tempat tersebut. Jalan satu-satunya adalah ketika kalong tersebut keluar sarang pada malam hari.

Berburu pada malam hari jelas terkendala pencahayaan. “Jadi, kami mengandalkan insting,” ungkapnya. Selain itu, mereka memperhatikan bayangan tubuh kalong sebagai sasaran tembak. Sementara itu, kesulitan juga dialami saat menjatuhkan kalong dari pohon. Jika galah tak cukup tinggi untuk mengait tubuh kalong, pihaknya berlomba menjatuhkannya dengan cara menembak kaki kalong yang mencengkram kuat rantang pohon.

Sementara itu, dia beranggapan bahwa jika memang wabah korona diakibatkan oleh daging kalong, mungkin banyak warga Ambulu yang terjangkit dari dulu.

Reporter : mg1

Fotografer : mg1

Editor : Hadi Sumarsono

Let's block ads! (Why?)



"banyak" - Google Berita
February 24, 2020 at 08:22PM
https://ift.tt/2SUMTD9

Banyak Yang Percaya Meski Kebenaran Masih Simpang Siur - Jawa Pos
"banyak" - Google Berita
https://ift.tt/2ZTcKNv
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Banyak Yang Percaya Meski Kebenaran Masih Simpang Siur - Jawa Pos"

Post a Comment

Powered by Blogger.