Jakarta, Beritasatu.com - Untuk membuktikan seseorang baik itu orang dalam pemantauan (ODP) maupun pasien dalam pengawasan (PDP) positif Covid-19 adalah melalui pemeriksaan molekuler dengan metode polymerase chain reaction (PCR). Masalahnya, terdapat sejumlah kondisi dan cara pengambilan sampel spesimen agar hasilnya benar-benar akurat.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Prof Amin Soebandrio. Yang jadi masalah belakangan ini, menurut Amin, manajemen pemeriksaan spesimen dimulai dari pengambilan swab yang tidak dilakukan dengan benar.
Banyak kasus pengambilan swab hanya di ujung hidung karena tidak tersedianya kapas pengusap kecil yang bisa menjangkau sampai nasofaring. Kemudian masalah transportasi untuk pengiriman spesimen dari daerah ke laboratorium pusat.
“Masalah transportasi ini menyebabkan banyak sampel hasilnya negatif. Semoga ini bisa diperbaiki ke depannya,” kata Amin dalam diskusi daring bertemakan “Strategi Percepatan Diagnostik Laboratorium Covid-19 di Indonesia” yang digelar Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Perssi), Minggu (12/4/2020).
Amin mengatakan, dibutuhkan lebih banyak lab untuk melakukan pemeriksaan PCR. Saat ini menurut dia ada sekitar 52 lab (data terbaru Gugus Tugas Covid-19 60 lab, red) yang ditunjuk berdasarkan SK Menkes untuk melakukan pemeriksaan PCR, tetapi perlu dicermati kembali apakah semuanya memenuhi persyaratan.
Di satu sisi, PCR yang digunakan lab di Indonesia pun berbeda merek. Belum ada waktu buat pemerintah saat ini untuk melakukan validasi atau standarisasi dari mesin maupun reagen yang ditawarkan dari luar negeri.
Kemudian, harus dipastikan bahwa petugas yang bekerja di bagian pemeriksaan spesimen ini betul-betul terbiasa dengan hal-hal kecil, seperti pengambilan swab. Sebab, menurut dia, alat tes yang sama ketika dipegang orang berbeda, maka hasilnya pun bisa jadi berbeda. Selain itu, perlu dipastikan keamanan dari petugas yang melakukan pemeriksaan spesimen sejak di rumah sakit. Bekerja dengan APD minim memperbesar peluang petugas ini terpapar Covid-19.
Amin menyarankan pemerintah pemeriksaan PCR disentralisasi di sejumlah provinsi yang memang jumlah kasusnya banyak. Namun kualitas pemeriksaannya tetap dijaga sehingga sampel pasien tidak perlu semuanya dikirim ke Jakarta.
Kalau semua pemeriksaan lab dipusatkan di Jakarta, meskipun kapasitasnya sampai 10.000 per hari tetap saja pengiriman sampel dari daerah akan memakan waktu karena begitu luasnya Indonesia dan transportasi terbatas.
Hal senada juga dikatakan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Klinik Indonesia (PDS Patklin), Prof Aryati. Menurutnya, yang harus jadi perhatian serius dalam penanganan Covid-19 saat ini bukan hanya persoalan ketersediaan mesin PCR, tetapi juga cara pengambilan sampel spesimen.
Pengambilan swab harus memenuhi persyaratan baik tenaga yang melakukan maupun cara mengambilnya. Para petugas yang mengambil swab pasien di rumah sakit maupun petugas pemeriksaan di lab juga harus disediakan alat pelindung diri (APD) level 3 agar tidak tertular virus ini.
Menurut dia, saat ini PCR merupakan barang langka di seluruh negara. Meskipun sudah ada Surat Keputusan Menkes yang membolehkan keterlibatan swasta, tetapi sebagian daerah masih belum terjangkau. Sejumlah daerah menunggu cukup lama untuk mendapatkan hasil pemeriksaan lab dari Jakarta.
“Di daerah ada yang menunggu sampai 8 hari tetapi belum dapat hasilnya. Masalah lain yang harus diselesaikan adalah kadang ada perbedaan hasil di salah satu lab yang ditunjuk. Yang pertama negatif, yang kedua positif,” kata Aryati.
"banyak" - Google Berita
April 12, 2020 at 10:04PM
https://ift.tt/2Vl5Bno
Banyak Hasil Tes yang Tidak Akurat, Begini Kompleksnya Pemeriksaan Sampel Pasien Covid-19 - Investor Daily
"banyak" - Google Berita
https://ift.tt/2ZTcKNv
Shoes Man Tutorial
Pos News Update
Meme Update
Korean Entertainment News
Japan News Update
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Banyak Hasil Tes yang Tidak Akurat, Begini Kompleksnya Pemeriksaan Sampel Pasien Covid-19 - Investor Daily"
Post a Comment