Search

Sertifikasi ISPO Jadi Cara Hadapi Permasalahan Perdagangan Kelapa Sawit Uni Eropa

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Perdagangan kelapa sawit antara Indonesia dan Uni Eropa berada dalam situasi panas. Pemicunya, Parlemen Eropa menyatakan bahwa minyak kelapa sawit mentah (CPO) adalah produk yang tidak ramah lingkungan dalam skema Renewable Energy Directive II.

Dalam draft tersebut, minyak kelapa sawit dikeluarkan dari pemenuhan bahan bakar nabati di Uni Eropa. Hal ini tentu saja mengancam posisi Indonesia, sebagai salah satu negara produsen minyak sawit terbesar dunia.

Produk kelapa sawit yang saat ini diwacanakan akan diboikot untuk masuk ke Uni Eropa adalah biofuel. Namun, dalam menyikapi isu ini, industri kelapa sawit di Indonesia memang seharusnya melalui standar tahapan Indonesia Sustainable Palm Oil (ISPO).

Standar tersebut memuat indikator-indikator yang menjamin bahwa penanaman dan produk yang dihasilkan berkelanjutan dan ramah terhadap lingkungan. Penerapan standar ini dapat menjamin adanya sustainability dan dapat memperbesar peluang produk-produk kelapa sawit asal Indonesia masih dapat diterima secara internasional.

Direktur Utama PT Mutuagung Lestari Arifin Lambaga, mengatakan penerapan standar ini dirasa perlu untuk diterapkan untuk tetap memerhatikan keberlangsungan lingkungan dan sebagai perbaikan untuk perusahaan-perusahaan yang belum memenuhi standar tersebut agar CPO dapat lebih bersaing, terutama dalam kancah internasional.

Baca: Juergen Klopp Ingin Liverpool Juara Liga Inggris Virgil van Dijk Semangati Rekan-rekan

PT Mutuagung Lestari, dikenal sebagai MUTU International, mendorong perusahaan-perusahaan perdagangan kelapa sawit untuk melakukan pengujian dan mendapatkan sertifikasi ISPO.

Saat ini, Mutu International sendiri telah mengeluarkan sebanyak 152 sertifikasi ISPO. Bahkan, pada acara 3rd International Conference and Expo on Indonesian Sustainable Palm Oil (ICE ISPO) yang diadakan di Menara 165, Jakarta Selatan, Mutu International kembali mengeluarkan 15 sertifikat ISPO.

Adapun, penyerahan sertifikat kepada pelaku usaha kelapa sawit ini diserahkan langsung oleh Presiden Utama MUTU International, Arifin Lambaga pada 27 Maret 2019.

"Saat ini, telah terdapat 457 perusahaan yang telah mengantongi sertifikasi ISPO yang telah dikeluarkan oleh lembaga-lembaga sertifikasi. 35 persen di antaranya atau total sekitar 167 adalah sertifikasi yang dikeluarkan oleh MUTU International," ujar Arifin, dalam keterangan tertulis, Jumat (29/3/2019).

Wakil Presiden Direktur MUTU International Irham Budiman menambahkan, untuk menyiasati kondisi yang tak terprediksi ke depannya, juga dirasa perlu untuk membantu pekebun masyarakat atau smallholders untuk dapat memahami dan mencapai standar yang diinginkan.

"Dalam draft Renewable Energy Directive II, smallholders masih memiliki kesempatan untuk memasok produk sawit ke kancah Uni Eropa. Oleh karena itu dirasa penting bagi smallholders untuk dapat memenuhi standar, salah satunya dari sisi lingkungan, agar dapat lebih bersaing dalam kancah internasional," ujar Irham yang juga hadir sebagai pembicara dalam acara talk show di pameran ICE ISPO.

Adapun dari 167 sertifikat yang telah diserahkan, tiga di antaranya diserahkan kepada pelaku sawit smallholders.

Di kesempatan yang sama, Ketua Sekretariat Komisi ISPO, R Azis Hidayat mengungkapkan telah memberikan pengakuan terhadap 2 Lembaga Pelatihan ISPO yaitu Mutu Institut – PT Forestcitra Sejahtera dan PT Sinergi Satya Santosa.

Hal ini menunjukkan implementasi percepatan sertifikasi ISPO telah menunjukkan hasil yang signifikan dan telah sejalan dengan arah Kebijakan Direktur Jenderal Perkebunan – Kementerian Pertanian yang juga Ketua Komisi ISPO.

Let's block ads! (Why?)



https://ift.tt/2FHPo4Q

March 29, 2019 at 10:33PM

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Sertifikasi ISPO Jadi Cara Hadapi Permasalahan Perdagangan Kelapa Sawit Uni Eropa"

Post a Comment

Powered by Blogger.